Terimakasih Atas Kunjungannya

Jumat, 17 Februari 2012

Sisir vs Tusuk Gigi, 12 Tewas


Sisir vs Tusuk Gigi, 12 Tewas
            Pagi merangkak perlahan seolah mengikuti komando jarum jam. Terdengar suatu percakapan pemecah hingar bingar metropolitan.
 "Iiih...jorok, jangan deket-deket  gue donk", teriak Sugi.
Sugi adalah sebuah tusuk gigi yang notabene sangat ketat menjaga kebersihan.
 "Apaan sih!? Biasa aja deh", balas cici yang merasa tersinggung dengan perlakuan Sugi.
 "Itu lho badan lu yang bau and dekil banget, iiihh... jijai deh", celetuk tusuk gigi dengan gaya-gaya kecentilan mirip artis-artis lebay.
 "Ah, jangan sok deh lu Sugiraaaah. Emangnya lu pikir lu tu siapa? Kerjaan lu tu gak lebih dari pembersih sisa kotoran di gigi. Apa tu gak lebih jijai, hah???", timpal cici penuh kekesalan memuncak.
 "Sialan lu, seenggaknya kerjaan gue lebih mulia bisa nyegah sakit gigi. Lha, kalo lu cuma sisir aja belagu. Udah berapa taon lu gak dicuci? Di geletakkan gitu aja habis pake, kasian banget hidup lu.", celoteh Sugirah tak mau kalah.
 Suasana semakin memanas diiringi semakin membumbungnya sang surya.
 "Hey, makhluk sekali pake... Bangga banget lu jadi makhluk sekali pake. Habis dipake dihempasin gitu aja tanpa ada yang mau nyentuh lu lagi. Sekalipun aku kotor dan bau, aku masih dipake lagi. Hehehe...", ejek si sisir kuning yang sudah tak karuan lagi kondisinya sambil terkekeh.
Tanpa banyak omong lagi, sugirah bersama kawanan tusuk gigi lain dengan bersungut-sungut menyerbu Cici berniat menjatuhkannya.
Suara keributan di dashboard Xenia tersebut tak mau kalah dengan bising metropolitan siang itu. Dengan sekuat tenaga Cici menahan amukan puluhan tusuk gigi yang membabi buta, namun batas kemampuannya telah terlampaui. Dia merelakan tubuhnya terjun bebas dari atas dashboard. "Praakk", hanya suara itu yang diingatnya setelah itu tergantikan suara yang lebih dahsyat.
"Ckkiiiittt...Bruaaakkk, Bruaaakkk", terdengar suara yang sama berulang-ulang ditambah jerit dan tangis memilukan.
####
            Di sebuah ruang kerja yang pengap penuh atmosfer keras, seorang wanita muda gemuk menuturkan kisah sisir dan tusuk gigi dengan detail. Di seberangnya, seorang pria berkacamata dengan seksama menyimak cerita itu penuh tanda tanya di kepalanya. Jemarinya sibuk memasukkan huruf demi huruf yang mengalir dari mulut perempuan itu kedalam monitor di depannya. Sesekali seulas senyum geli tergambar dari bibir kering di bawah kumis tebalnya. Tak disangkanya kali ini ia mendapat kronologi sekonyol itu dari sekian interogasi yang ia lakukan selama bekerja. Namanya Dani, salah satu anggota kepolisian yang bertugas menginterogasi para pelaku kriminal yang baru masuk. Tak terasa, setengah jam telah dilaluinya besama racauan wanita gendut tentang kisah sisir yang dikeroyok puluhan batang tusuk gigi. Mimpi apa semalam, keluhnya sambil mendengus panjang. Bisa-bisanya perempuan gila ini ada di sini mengisahkan dongeng pengantar tidur, seolah tahu matanya sedang berontak. Bagaimana tidak, semalaman dia dengan penuh gairah bercumbu dengan PC. Berharap besok pagi kebebasan memihaknya. Tapi sepertinya nasib lebih berkuasa. Waktu atasan memberi komando, tak ada kata tidak baginya. Namanya juga mengabdi, kalau tak berkorban tak akan afdhol. Menurut informasi, si gendut di seberang matanya itu telah membuat heboh jalanan ibu kota. Mobil yang dia kendarai telah sukses menghancurkan apa saja di trotoar jalan, termasuk menumbalkan 12 nyawa manusia. Tak terbayangkan, bagaimana perempuan yang memang telah dikuasai minuman setan itu melakukannya tanpa dirinya terluka. Pernah berguru di Banten kali ya? Atau dia stuntwoman yang tengah latihan? Pikir Dani sambil ngakak di hatinya.
  "maaf Ibu...", Dani memulai percakapan tapi terputus.
  "Yanti", lanjut perempuan itu cepat.
  "Iya Ibu Yanti, bisa ceritakan apa yang anda lakukan waktu..."
  "Krriiiiinngg...", tiba-tiba benda temuan graham bell di meja kerjanya menjerit.
  "Maaf, sebentar bu", pintanya sambil mengangkat gagang telpon.
  "Halo, selama siang", celotehnya memulai percakapan
  "Halo mas, ini Rena adikmu", suara di seberang menjawab.
  "Iy Ren, ada apa?"
  "Anu Mas, anu... Hiks, hiks,hiks."
  "Rena, anu-anu kenapa? Kamu kok nangis gitu. Bertengkar lagi sama suamimu?"
  "Bukan Mas, anu... Gimana ya aku ngomongnya Mas? Hiks, hiks", terdengar isakan lagi dan membuat Dani makin tak karuan dibuat bingung.
  "Ren, tenang. Ada apa? Ceritakan pelan-pelan."
  "Emm... istri dan anak mas... meninggal dalam kecelakaan maut tadi pagi... Maaf mas aku baru bisa kasih kabar sekarang."
Sendi-sendi penyusun tubuhnya melemas. Seluruh otot menegang. Panas merambat diseluruh tubuh entah dari mana sumbernya. Keringat dingin mengucur deras tak terbendung. Dani tak mampu menguasai tubuhnya.
  "Mas... Mas... Mas...", panggil Reni khawatir.
  "Bruuuk",tumbanglah ia seketika seperti Cici, si sisir bau yang terhempas dari atas dashboard. Setelah itu sepertinya gelap leluasa menguasainya. Dan harapan untuk istirahatnya pun terwujud. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar