Terimakasih Atas Kunjungannya

Kamis, 16 Februari 2012

Bait-bait Puisi untuk Nirmala


Bait-bait Puisi untuk Nirmala
Aku termenung dipagi buta ini. Pagi buta? Orang-orang dengan seenaknya menceploskan istilah kejam itu. Aku tak mengerti makna sesungguhnya tapi tetap ku ikuti, mungkin mereka juga. Ah sudahlah, kita tandaskan istilah itu. Toh masalah sebenarnya bukan disitu. Kalau dikatakan termenung, tidak sepenuhnya. Jemariku telah asyik memainkan lembaran-lembaran sebuah buku yang coba ku telanjangi isinya. Sesekali 'deg' begitu hebat menyerang jantungku, atau mungkin lebih dari satu 'deg'. Suasana yang begitu sunyi menyeretku dalam sendu yang mengiris batinku. Tak banyak yang ku perbuat, tak ada teriakan penyesalan, tak ada pukulan kalap, tak ada makian-makian kasar. Semua itu kini telah sukses ku jejalkan dalam hati yang semakin sempit. Dan terkonversi berupa air mata. Ya, hanya air mata di pagi butaku.
"Sayang, hari ini aku seneeeng banget. Bangeeeet malahan. Hari ini akhirnya harapanku terwujud bisa kau ajak jalan-jalan, meski hanya buat nemenin beli kado untuknya. Tapi ini suatu awal buatku masuk duniamu."
28 Oktober 2008
Ku mulai lagi dari halaman awal, tapi yang aku maksud bukan yang awal sekali. Halaman awal itu selalu membuat bibir tersenyum meringis meski diakhir bisa jadi akan dibuat menangis. Kontras sekali dengan film india jadul yang diawal sedih dan berakhir bahagia.
"Waaaaooow, gak nyangka aku bisa sedekat ini denganmu. Kamu udah percaya padaku dengan curhat-curhat setiap hari, ya apalagi klo bukan tentang dia, hemch... Tapi aku bahagia"
10 November 2008
'Deg' kembali menusuk dengan telak seketika. Kadang aku mengumpat melaknat apapun atau siapapun penyebabnya. Ya, aku juga sadar tak akan ada yang memberi respon. Terlihat penulis menuturkan kisah itu dengan perasaan melayang mungkin. Bagaimana tidak, jelas-jelas menyakitkan malah mengungkapkan bahagia. Aneh sih, atau mungkin hanya orang sepertiku saja yang tak akan bisa menerima hal itu. Atau bisa jadi hal seperti itulah yang dimaksud orang-orang cinta buta.
"Ahhhh... Aku semakin tak bisa menahannya. Ya Tuhan tolong sampaikan rasaku ini padanya, please.... Aku ingi hanya aku seorang di hatinya. Terlalu muluk kah permintaan itu Tuhan?T_T
Atau kah aku harus mengikhlaskannya dia bahagia dengan pilihannya? Jika itu terbaik baginya aku akan berusaha Tuhan meski aku yang harus menanggung kesedihanku sendirian"
15 November 2008
Semakin sesak dan terlalu sesak dada ini hingga tak mampu menampung rasa yang bisa dibilang kesedihan ini dan tanpa komando pecahlah bulir-bulir air mata.

"Tuhan, aku tak sanggup lagi... Maafkan aku Tuhan, maafkan aku kekasihku yang tak pernah ku raih. Hanya kau di hatiku meski raga tak mampu aku rengkuh. Percayalah, aku menunggumu sampai kapan pun. Maaf, aku harus pergi, aku harus tetap menjaga hatiku. Salam sayang selalu untukmu Ariz ku"
28 Januari 2009

Sepersekian detik kemudian, otakku memutar kembali rekaman kejadian itu. Kejadian yang benar-benar tak ku harapkan.
###
Siang itu otakku benar-benar mendidih dibuatnya, ditambah lagi sang batara surya menyengatkan panasnya tanpa ampun seakan-akan beberapa meter saja di ubun-ubun. Betapa tidak, seseorang yang selama ini ku sebut pacar telah tega menamparkan kelakuannya di mukaku. Di depan teman-temanku, di depan orang-orang yang selama ini mendengar aku membanggakannya. Dia, dengan ringannya lewat bermesraan dengan  orang lain seperti tanpa dosa. Sontak saja aku kalap. Tanpa pikir panjang ku hujamkan kepalan jemariku membabi buta ke muka orang yang sok kecakepan, tapi kuakui memang ganteng sih. Kalau saja tak dilerai teman-temanku, aku tak tahu nasibnya gimana, walaupun emang tak ada yang tahu sih nasib orang dan kenapa aku pikirin.
"Udah lah sob, jangan kaya' anak kecil deh!! Gak malu diliatin orang?", Qoirul menenangkan.
"Sekarang udah jelas kan siapa cewek itu? Dari dulu dibilangin gak percaya sih. Katanya udah tobat lah, udah berubah lah. Huh, Bullshit", Reza menimpali.
"Udah deh Rez, kamu gimana sih? Temen lagi sedih gini malah dipojokin. Kasihan tau", Potong Anita Tegas.
"Iya, iya deh bawel", jawab Reza sambil tangannya mengacak-acak rambut gadis manis itu. Tentu saja gadis itu terganggu dan terlihat membalas dengan cubitan dilengan Reza.
"Ries, sory ya? Aku gak bermaksud memojokkanmu kok. Aku cuma kesel aja tadi", maaf Reza padaku.
Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan. Sementara aku masih merasa panas tak tertahankan, mataku masih terlihat seperti menyala kemerahan. Kalau dalam game mungkin aku dalam wujud mode iblis. Akhirnya ku putuskan hengkang dari tempat pahit itu. Teman-temanku menawarkan untuk mengantar, tapi tak ku perbolehkan. Aku meyakinkan bahwa aku baik-baik saja meskipun kenyataannya tidak demikian. Di perjalanan, ku pacu motorku dengan perasaan tak tenang. Proyeksi jalanan di depanku tak sampai menyentuh otakku. Otakku masih dikuasai oleh lamunan kosong yang terkadang juga timbul wajah-wajah brengsek yang selalu mengejekku.
"Cckkiiiittt...Brukk...", suara ban berdecit disusul suara benda jatuh ditanah. Seketika memecah keheninganku. Sempat terekam olehku sesuatu melintas didepanku dan refleks tangan dan kaki segera mengerem, tapi terlambat. Sosok perempuan, masih muda, bersimbah darah tergeletak tak berdaya di depanku.
###
"Aku tak percaya, aku melakukannya, aku membunuh orang yang benar-benar mencintaiku dengan ketulusannya tapi aku tak menyadarinya, aku membunuh orang yang mengorbankan perasaannya untuk kebahagiaanku, aku kejam, aku tak pantas di sebut manusia", laknatku pada diriku sendiri.
"Ya Allah ampunilah aku. Aku sungguh menyesal menyia-nyiakan cinta tulusnya. Kini aku baru menyadarinya di saat kehilangan sosoknya. Apa yang harus aku perbuat ya Allah, beri aku petunjukmu."
"Ya Allah ya Tuhanku, Penguasa Surga dan Neraka. Persatukanlah hamba dengannya kelak di surga-Mu yang indah itu. Biarlah hamba menanggung penderitaan karena ujian-Mu di dunia ini, tpi ijinkanlah hamba berbahagia di akhirat-Mu kelak", jeritku dalam hati.
Nirmala, nama yang telah terukir indah dalam sanubari hatiku sejak saat itu kusadari. Kini dia telah benar-benar pergi meninggalkanku dalam penyesalan, meninggalkan dunia, meninggalkan cintaku. Yang tersisa hanyalah pondasi cinta yang telah lama dibangunnya dalam hatiku dan sekelumit kisah perjuangan keras penuh derai air mata yang tercurah dalam buku di genggamanku.
Aku selalu menciptakan sosokmu dalam duniaku yang sepi dengan berbekal catatan-catatan kecil di setiap halaman buku itu. Kulakukan ritual itu setiap hari sebelum memulai hidupku yang penuh misteri. Rohmu hadir setiap ku resapi aksara-aksara yang bermakna buatmu dulu. Dan kini telah kau wariskan padaku.
"Pak, kopinya ada di meja. Ibu pergi ke pasar dulu ya, titip anak-anak", seorang perempuan hadir memecah keheninganku. Hanya sebuah anggukan dariku dia sudah paham dan segera berlalu. Ya, dia istriku, aku sudah berkeluarga dengan dua anak. Sebelum ritual kuakhiri, selalu kubacakan sebait puisi untuk Nirmala

Nirmala...
Untaian namamu selalu hibur ragaku dalam sepi
Rohmu menari lincah disetiap sudut pikirku
Tak kuasa mata ini menolak rasa indahmu
Tak mampu diri ini menahan sorot lembut penuh keanggunan
Nirmala...
Sang dewi malam iri pada keelokanmu
Bintang-bintang akan menyambutmu penuh rasa rindu
Desir angin mengantarmu bertahta di singgasana hatiku
Nirmala...
Kau selalu hadir warnai hidupku Hidup dalam atmosfir kegundahan sarat akan mimpi-mimpi kosong
Angin sejuk yang kau hembuskan mampu membiusku
Saat diriku terkejap kau telah ditelan kesemuan


15 Februari 2012
-RK-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar