Dia
Gadis berlesung pipi
Menyusuri pekat malam
Tampak kemilau di lautan bayang-bayang
Keceriaan di bibirnya pudar diterpa ombak kegelisahan
Rasa duka yang dalam menghiasi sudut mata eloknya dengan genangan lara
Parasnya manis berlapis cahaya rembulan dihiasi mata cekung berlapis masa lalu kelam
Derap langkahnya yang sarat rasa sesal mengusik semua penghuni malam
Malam mengurung dirinya layaknya mimpi buruk yang membelenggu senyumnya
Sang angin sejuk telah lebarkan sambutan pelukan, tapi tak dihiraukannya
Pikirannya terus menyusuri waktu
Menerawang butiran-butiran kelam yang mulai menutup mata hatinya
Dengan tenaga kepasrahan ia siramkan kepingan rasa sesal di telapak kakinya
Dengan berjuta lamunan konyol ia tikamkan kisah-kisah pahit tepat dijantungnya
Lolong anjing mengakhiri kisahnya
Dan selimut malam tak akan pernah tersingkap
Dalam Angan Malam
Renggut kembali malam yang mulai melepuh
Jangan biarkan kehampaan merampasnya darimu
Biarkan malam mengalir dalam alur waktu
Meminang manusia pilihan di tengah amukan nafsu
Menihilkan letih yang terpaku pada kalbu
Menghanyutkan mimpi kosong yang berbumbu
Dalam pekatku
Dalam pekatku aku merindu
Aku merindu untuk menjauh
Untuk menjauh dari angan kosongku
Angan kosong yang telah terbunuh
Malam Kelam
Ribuan mata terpejam
Ribuan telinga terbungkam
Ribuan hati tertikam
Mimpi membayang membawa angan dalam
Dalam derita malam
Kisah angin tergores halus penuh dendam
Hambar dan tajam
Tanpa kenal masa kelam
Meski berruang muram
Mojopahit Ku Kenang
Mojopahit ku mulai bising
Menggema di koridor kenangan
Noviea
Aldo
Aini
Karunia
Tegak terbingkai indah
Di ujung cakrawala
Awasiku curiga
Deru nafas roda empat sesaki telinga
Ku susuri
Sepanjang pagi
Pagi bersamamu jadi saksi
Pujaan hati tegur aku
Dengan senyum tulus
"pagi mas"
Malam ini
Telah banyak malam yang ku selami
Berjuta bintang ku sapa
Hingga kini tiada ku dapati rasa yang ku damba
Malam ini aku terbaring berselimut awan tebal
Malam ini telah mengisi jalur nadi
Dimanjakan rayuan cericit kalong
Malam ini sukses merenggut jiwaku
Melambungkan khayalku bersama angin desember yang kelabu
Malam ini mngantarku menghias rembulan dengan untaian mimpi manis
Bintang-bintang berkedip
Sinarnya siap menghujam mata hatiku di tengah kegelapan
Tanpa kusadari
Bisik dedaunan mulai menggelayut diplupuk mata
Hingga gerbang dimensi mimpi mulai tersingkap
Sesal
Terasa merana dalam kesepian
Menjalani hari penuh air mata
Kini bumi menjadi teman setia
Dendang jangkrik hibur saat pasrah
Cacing dan belatung menjadi bagian raga
Sang surya tak mau menjamah
Rembulan tak mampu menerpa
Termenung dan tersadar
Apa yang dicari selama ini tak hadirkan manfaat
Kecuali sesal yang menyiksa.
Teringat
Rasakan betapa dinginnya pelukan malam.
Jalinan rasa rindu pada rembulan kian menggebu.
Kehangatan sang surya harapan yang tak pernah pupus.
Ingin hati memadukan keduanya dalam satu rasa.
Tapi hasrat itu luntur oleh kecanggungan diri
Pada sang penguasa jagad.
Berubah
Saat diriku menengadah dibawah singgasana Kebesaran-Nya
Kurasakan teduh bersemayam di dasar hatiku
Hingga kuingat bahagia kala pertama mengenalmu
Tapi sekarang kurasakan
Ada sesuatu yang sirna darimu
Apa itu aku tak tahu
Semakin kurasa semakin membuat hatiku tersayat
Aku hanya insan yang kalah
Yang mencoba merenggut kembali kemenanganku dari sang waktu
Meski dalam kesendirian
Berbahagialah dengan apa yang kau punya
Bersyukurlah atas semua keindahan pada duniamu
Teruslah berkarya
Agar dunia dapat merasakan sentuhan hati lembutmu
Salam