Terimakasih Atas Kunjungannya

Special Puisi







Dia


Gadis berlesung pipi

Menyusuri pekat malam

Tampak kemilau di lautan bayang-bayang

Keceriaan di bibirnya pudar diterpa ombak kegelisahan

Rasa duka yang dalam menghiasi sudut mata eloknya dengan genangan lara

Parasnya manis berlapis cahaya rembulan dihiasi mata cekung berlapis masa lalu kelam

Derap langkahnya yang sarat rasa sesal mengusik semua penghuni malam

Malam mengurung dirinya layaknya mimpi buruk yang membelenggu senyumnya

Sang angin sejuk telah lebarkan sambutan pelukan, tapi tak dihiraukannya

Pikirannya terus menyusuri waktu

Menerawang butiran-butiran kelam yang mulai menutup mata hatinya

Dengan tenaga kepasrahan ia siramkan kepingan rasa sesal di telapak kakinya

Dengan berjuta lamunan konyol ia tikamkan kisah-kisah pahit tepat dijantungnya

Lolong anjing mengakhiri kisahnya

Dan selimut malam tak akan pernah tersingkap













Dalam Angan Malam

Renggut kembali malam yang mulai melepuh

Jangan biarkan kehampaan merampasnya darimu

Biarkan malam mengalir dalam alur waktu

Meminang manusia pilihan di tengah amukan nafsu

Menihilkan letih yang terpaku pada kalbu

Menghanyutkan mimpi kosong yang berbumbu

Dalam pekatku

Dalam pekatku aku merindu

Aku merindu untuk menjauh

Untuk menjauh dari angan kosongku

Angan kosong yang telah terbunuh













Malam Kelam


Ribuan mata terpejam

Ribuan telinga terbungkam

Ribuan hati tertikam

Mimpi membayang membawa angan dalam

Dalam derita malam

Kisah angin tergores halus penuh dendam

Hambar dan tajam

Tanpa kenal masa kelam

Meski berruang muram



Mojopahit Ku Kenang

Mojopahit ku mulai bising

Menggema di koridor kenangan

Noviea

Aldo

Aini

Karunia

Tegak terbingkai indah

Di ujung cakrawala

Awasiku curiga

Deru nafas roda empat sesaki telinga

Ku susuri

Sepanjang pagi

Pagi bersamamu jadi saksi

Pujaan hati tegur aku

Dengan senyum tulus

"pagi mas"











Malam ini


Telah banyak malam yang ku selami

Berjuta bintang ku sapa

Hingga kini tiada ku dapati rasa yang ku damba

Malam ini aku terbaring berselimut awan tebal

Malam ini telah mengisi jalur nadi

Dimanjakan rayuan cericit kalong

Malam ini sukses merenggut jiwaku

Melambungkan khayalku bersama angin desember yang kelabu

Malam ini mngantarku menghias rembulan dengan untaian mimpi manis

Bintang-bintang berkedip

Sinarnya siap menghujam mata hatiku di tengah kegelapan

Tanpa kusadari

Bisik dedaunan mulai menggelayut diplupuk mata

Hingga gerbang dimensi mimpi mulai tersingkap









Sesal

Terasa merana dalam kesepian

Menjalani hari penuh air mata

Kini bumi menjadi teman setia

Dendang jangkrik hibur saat pasrah

Cacing dan belatung menjadi bagian raga

Sang surya tak mau menjamah

Rembulan tak mampu menerpa

Termenung dan tersadar

Apa yang dicari selama ini tak hadirkan manfaat

Kecuali sesal yang menyiksa.



Teringat


Rasakan betapa dinginnya pelukan malam.

Jalinan rasa rindu pada rembulan kian menggebu.

Kehangatan sang surya harapan yang tak pernah pupus.

Ingin hati memadukan keduanya dalam satu rasa.

Tapi hasrat itu luntur oleh kecanggungan diri

Pada sang penguasa jagad.



Berubah

Saat diriku menengadah dibawah singgasana Kebesaran-Nya

Kurasakan teduh bersemayam di dasar hatiku

Hingga kuingat bahagia kala pertama mengenalmu

Tapi sekarang kurasakan

Ada sesuatu yang sirna darimu

Apa itu aku tak tahu

Semakin kurasa semakin membuat hatiku tersayat

Aku hanya insan yang kalah

Yang mencoba merenggut kembali kemenanganku dari sang waktu

Meski dalam kesendirian

Berbahagialah dengan apa yang kau punya

Bersyukurlah atas semua keindahan pada duniamu

Teruslah berkarya

Agar dunia dapat merasakan sentuhan hati lembutmu

Salam