Terimakasih Atas Kunjungannya

Senin, 14 Maret 2011

Jangan Diam

Jangan Diam

Jangan diamkan aku
Berteman sepi
Bingung teraduk sedih
Mencari senyummu
Tak kutemukan
Memburu celotehmu
Tak kau hiraukan
Kau diam
Aku mulai tenggelam
Bersama bayangan kelam
Yang tak sempat ku impikan
Diam, diam, dan diam
Apakah aku menggores hatimu?
Ataukah kebodohanku goyahkan keyakinanmu?
Haruskah ku tukar nyawaku untuk sudahi diammu?
Diam...
Itulah jawabanmu
Orang sering berujar
"Diam adalah emas"
Tapi bicaramu adalah berlian bagiku
Bahkan tak ada benda yang mampu menukarnya
Bicaralah
Aku tak sanggup melihatmu membisu
Cukup bebatuan dan ombak yang membisu
Cukup rerumputan yang hanya bergoyang
Yang ku ingin bibir itu kembali tersenyum
Sambil kunanti jawaban
Jawaban atas semua kebisuanmu
-RK-

Rizal Kumaini, 2011

Merah Itu Mawar

Merah Itu Mawar

Warna itu bangkitkan hasrat untuk mendekat

Tapi duri itu takkan izinkan

Semerbakmu hasratkan mencumbu

Tapi terhalang sapuan angin

Inginku selalu bergumul di padang itu denganmu

Tanpa ada sesosok pun menjamahmu

Jika berjuta sosok inginkan indahmu

Akan selalu kudekap dirimu

Bila saat itu telah datang

Saat dirimu letih dan gugur

Hanya penyesalan yang membayangiku

Kenapa harus tiba saat itu

Kenapa kau tinggalkanku

Aku merindu

Mawar Merah ku
Rizal Kumaini, 2011

Terbenam Dan Berlari

Terbenam Dan Berlari

Teriris
Sekian lama...
Luka menjelma jadi topeng
Menghiasi jatidiri
Menepis segala indah
Menyayat rasa
Lembaran masa silam menamparku
Melepuhlah segala harapan masa depan
Jiwa ini hanya berkawan sesal
Berharap temukan mimpi manis yang terbuang
Walau...
Racun dalam nadi memburu nafas
Sepi siap menanti di ujung waktu
Biar raga telah musnah
Mimpi akan selalu hidup
Selalu berbisik tentang bahagia
Dalam pembangkitan...
Akan ku koyak lembaran sesal
Yang selalu membungkam mataku
Akan ku bakar butiran rasa takut
Dia selalu berdenyut cepat jantungku
Belukar rintang takkan luput dari tebasan mimpi-mimpiku
Duri kesengsaraan musnah terbakar semangat
Bersiaplah...
Bersiaplah menembus satu per satu mimpi-mimpi itu
Hingga Sang Perkasa memanggilmu
Memanggil namamu penuh penghormatan
-RK-
Rizal Kumaini, 2011

Memburu Senja

Memburu Senja

Terjebak dalam senja
Menanti sang surya terlelap
Hari ini
Malam sudah di ujung waktu
Bulan mengintip malu-malu
Burung gereja berbondong-bondong
Mengayunkan sayap
Penuh lemas
Sisa berpetualang di alam raya
Begitu juga
Anak cucu adam
Dengan sukarela
Perpadat-padat di jalan
Hanya sekedar ingin menjejak lantai rumah
Dari mengejar isi perut
Sisa-sisa tenaganya Terhamburlah di jalan
Bersama itu pula bumi semakin membara
Sore itu
Ku dengar harapan abang sopir
Harapan mengais rupiah
Dari buruh-buruh pabrik
Ditengah bisingnya metropolitan
Klakson-klakson itu Mewakili harapannya
Harapan anak bininya bisa makan enak malam ini
Senja semakin merapat
Burung hantu mulai berseru
Siap mengantarkan malam Ke hadapanku
Burung gagak menjerit lepas
Seolah tak mau kalah
Oleh ribuan mesin di senja itu
Aku hanya diam terpaku
Tenggelam dalam oranye di ufuk barat itu
Berharap akan ku nikmati senja ini ribuan kali lagi
Hingga nafas enggan lagi mengalir di tubuhku
Mataku tetap terkunci
Di indahnya senja itu
Subhanallah...
Adzan telah bergema Menjemputku menghadap Maha Pencipta
-RK-
Rizal Kumaini, 2011

Kota Kosong




Kota kosong
Penuh harapan kosong
Hanya debu
Pengisi kekosongan itu
Angin telah lama diam
Kabar burung pun hanya hayalan
Jejak-jejak kaki itu telah terhapus waktu
Puing-puing nyawa sudah bosan
Sekedar memandang sekalipun

Kota kosong
Hanya hari yang masih setia menemanimu
Atau tepatnya ingin menyaksikan kemusnahannya
Oleh hempasan air mata kosong
Pilar-pilar ketangguhan terdahulu
Sekarang tak lebih hanya sebuah kisah
Yang tecetak rapi
Yang hanya terwakili Times New Roman
Pada buku sekolah dasar
Bahkan taman kanak-kanak
Atau bertumpuk-tumpuk diatas neraca
Hingga jadi santapan rayap

Kota kosong
Hanya omong kosong yang masih memujamu
Pantaskah kemegahanmu yang tersohor di penjuru jagad
Terbayar penghianatan
Tanpa pernah mereka tahu
Betapa jenuhnya dirimu Mencium aroma darah
Sempat juga meresap
Dan mendarah daging

Kota kosong
Jeritanmu penuh harapan
Harapan pada otak-otak kosong sekalipun
Dirimu merasa malu
Diperolok bebatuan
Yang telah marah
Oleh kepengecutan
Oleh janji-janji kosong
Bebatuan telah menopang keperkasaan mu
Mereka rela selalu di injak-injak
Oleh kaki-kaki munafik sekalipun
Tapi apa terima kasihmu?
Pengakuan?
Penghormatan?
Mungkin tak akan pernah terpikir

Kota kosong
Kini tinggal kenangan
Kenangan kosong
Keruntuhanmu akan disambut gembira
Oleh nyanian burung nazar
Rizal Kumaini, 2011

Resah Ku

Resah Ku

Terekam jelas
Malam semakin gelap
Kupandangi butiran bintang
Seolah mengerling padaku
Kerlingannya bersambut senyum tulus dariku
Saat itu...
Bayangan elokmu hadir
Bawa semerbak wangi kehidupan
Rasa sejuk mengalir Bersama harapan
Mengisi nadi
Tapi...
Bosan selalu merampasnya
Malam pun semakin tega
Menjeratku dalam kerinduan
Hingga separuh napasku pergi
Melengkapi bayang-bayang semu
Meskipun...
Sinar rembulan telah mencabik pekat malam
Tapi...
Sepi semakin melahap senandungmu dalam anganku
Detik demi detik
Sekilas...
Harapan itu muncul
Tapi...
Angin malam cepat menghapusnya
Hati mulai gundah
Mencari sosok yang lenyap dalam diri
Dan...
Hati mulai resah
Senantiasa mempercundangkan kebodohan
Bersama dingin malam...
Angan tak henti menari liar
Membedah sosok-sosokmu
Dalam aliran waktu
Meski hanya semu yang ku dapat
Malam ini sungguh telah membantaiku
Dihadapan sang dewi malam
Dipersaksikan jutaan bintang
Yang kian memudar
Di tengah jeritan hatiku
Menunggu datangnya fajar
-RK-
Rizal Kumaini, 2011

Bila Tak Ada

Bila Tak Ada

Bila tak ada cinta
Kau boleh enyah
Bila masih ada hati
Biarlah aku menanti
Meski kau tak pernah janji
Akan selalu aku tagih
Senyum itu
Tatapan mata itu
Desah napas itu
Lama mengalir dalam nadi
Mengiringi denyut kehidupan
Helai-helai rambutmu
Terjerat dalam otakku
Tertali erat bersama Kenangan manis
Yang telah kita lukis
Siluet sosokmu Membenamkan mataku Dalam masa lalu
Penuh lika-liku
Senang sendu
Tawa haru

Bila tak suka
Enyalah
Bila masih setia
Peluklah
Jangan biarkan mati
Dijejali luka di hati
Aku tetap jaga ragamu
Saat rohmu berkelana
Memburu penaut hati
Karena malam
Aku tenggelam
Karena pagi
Aku menanti
Karena siang
Aku membayang
Karena kamu
Aku menunggu
Hanya menunggu

Rizal Kumaini, 2011